PRAKTIKUM
4
INDRA
KELOMPOK 1 : Anggota :
1. Achmad
Selamet Riyadi (
12.05.001 )
2. Ali
Kumaedi (
12.05.005 )
3. Dewi
Suryaningsih (
12.05.021 )
4. Harirotul
Lutfiah (
12.05.037 )
5. Ni
Made Winda Yulianingsih (
12.05.053 )
6. Roudlotul
Badi’ah ( 12.05.067
)
7. Sulfisius
Ricky Sahudin (
12.05.077 )
Akademi Keperawatan Widya Husada
SEMARANG
2012
Kata Pengantar
Puji
syukur praktikan panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas karunianya praktikan diperkenankan membuat laporan
praktikum tentang Indra.
Laporan
yang praktikan buat membahas tentang Indra.
Praktikan
membuat laporan ini untuk melengkapi tugas praktikum. Selain itu juga laporan
praktikum ini untuk memperluas wawasan praktikan Indra.
Praktikan
sadar bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu praktikan
semua dapat membuat laporan yang jauh lebih baik.
Semarang, Desember 2012
Laporan praktikum
INDRA
Laporan ini di susun untuk
menyelesaikan tugas praktikum Fisiologi yang di laksanakan pada :
hari :
Selasa
tanggal :
27 November 2012
tempat :
Laboratorium Fisiologi ( Fakultas Universitas Diponegoro ).
Disusun oleh :
anggota 1, anggota
2, anggota 3,
Achmad Selamet Riyadi Ali Kumaedi Dewi
Suryaningsih
12.05.001
12.05.005 12.05.021
anggota 4, anggota 5,
Harirotul Lutfiah Ni Made Winda
Yulianingsih
12.05.037 12.05.053
anggota
6, anggota 7,
Roudlotul Badi’ah Sulfisius Ricky Sahudin
12.05.067 12.05.077
Mengetahui,
Dosen
Pembimbing Praktikum
PRAKTIKUM
4
INDRA
A.
ALAT
PENGLIHATAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM :
Mahasiswa
mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan fungsi normal dari organ mata.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
KHUSUS :
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan reflek pupil meliputi : reflek
cahaya, reflex konsensual, reflex akomodasi.
2. Mahasiswa
dapat menjelaskan dan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus ).
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan dan melakukan oemeriksaan kelengkungan kornea secara
subyektif dan obyektif.
4. Mahasiswa
mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan buta warna.
5. Mahasiswa
mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan lapangan pandang dengan Perimetri
dan Campimetri.
6. Mahsisawa
mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan 3 dimensi dari mata dengan alat
HERING.
7.
Mahasiswa mampu menjelaskan dan
melakukan pemeriksaan efek sterreoskopik dari mata.
PEMERIKSAAN
REFLEX PUPIL
Dalam indera
penglihatan, reflex pupil sangat penting dalam hal pengaturan jumlah sinar yang
masuk kedalam bola mata supaya dapat diterima oleh retina dalam jumlah yang
tidak berlebihan . Tujannya ialah agar
benda yang kita lihat dapat cukep jelas.
Kita
mengenal macam – macam reflex pupil antara lain :
1. Reflex
cahaya
2. Reflex
konsensual
3. Reflex
pupil oleh karena akomodasi.
Alat
– Alat Yang Dipakai :
1. Lampu
baterai
2. Cermin
datar
Cara
Pemeriksaan :
1. REFLEX
CAHAYA
Pada
percobaan ini satu mata kita sinari dengan lampu baterai dari arah samping
mata, maka akan terjadi pengecilan celah pupil segera setelah sinar masuk ke
dalam mata dan mengenai retina. Setelah cahaya kita singkirkan, maka pupil akan
melebar lagi secara perlahan – lahan.
Dari data yang kami peroleh : dari
percobaan tersebut mata probandus jika di dekati cahaya, maka pupil probandus
mengecil. Dan jika cahaya di jauhin dari pupil maka pupil probandus membesar
2. REFLEX
KONSENSUAL
Dengan
kedua mata probandus terbuka,berilah batas antara kedua mata,misalnya dengan
telapak tangan.Satu mata disinari dengan lampu baterai dan seorang teman supaya
mengawasi mata yang lain.Akan ternyata bahwa mata yang disinari,juga akan
terjadi pengecilan pupil.
Dari data yang kami peroleh : dari percobaan tersebut
bahawa mata probandus pada saat dilakukan telapak tangan dan mata di sinari
dengan lampu maka pupil mengalami pengecilan.
3. REFLEX
PUPIL MATA OLEH KARENA AKOMODASI
Orang
percobaan disuruh melihat tempat yang jauh tak terhingga maka pupil akan melebar maksimal.Kemudian orang percobaan
diminta melihat benda yang dekat.Karena tiba-tiba orang percobaan harus melihat
benda dekat,maka pupil akan mengecil.Pengecilan pupil ini dapat diperiksa oleh
orang percobaan sendiri dengan melihatnya dalam cermin datar,atau seorang teman
harus mengawasi adanya percobaan ini.
Dari data nyang kami dapat : dari percobaan tersebut bahwa
pupil probandus mengalami pengecilan pada saat melihat benda yang dekat
terlihat pada cermin, dan pupil terlihat membesar pada saat melihat benda jauh.
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI
SEBELUM PRATIKUM:
1. Bagaimna
arcus reflex pada reflex pupil oleh cahaya ?
2. Otot
apa saja yang bersangkutan dengan reflex pupil ?
Muscllus aillator pupilae yaitu mengatur
lebarnya pupil geraknya disebut indriasi. Dan muscllus spinter papillae yaitu
mengatur mengecilnya pupil, gerakkan mengecilnya dari otot yang melingkarinya.
3. Bagaimana
prosesnya bisa terjadi reflex konsensual ?
Respon cahaya konsensual Jika pada pupil yang satu disinari
maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama. Sentuhan kapas
pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan
sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks
cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau
eferen)
4. Apa
yang disebut proses akomodasi mata? Apa pula “Pin Point” Pupil ?
PEMERIKSAAN VISUS
Ketajaman penglihatan (visus)
merupakan faal mata terpenting,sebab mata memang adalah sebagai indra penglihat.Pemeriksaannya
menggunakan alat Optotype dari Snellen yangpertama kali disusun oleh Snellen
pada tahun 1826. Kontruksinya merupakan beberapa deret huruf atau angka-angka
atau gambar-gambar yang dibuat demikian rupa sehingga bagian masing-masing huruf besarnya 1 menit (sudut penglihatan minimum) Optotype Snellen yang
terdiri dari gambar-gambar dipergunakan untuk memeriksa visus orang-orang buta huruf atau kanak-kanak.
CARA PEMERIKSAAN:
-
Optotype diletakkan pada jarak : 6 m
(d=6m) dari tempat duduk orang yang diperiksa.Ada juga modifiksai optotype
Snellen dengan d=5m.
-
Dengan satu mata tertutup (ditutup dengan telapak tangan
dan tak boleh ditekan),maka yang terbuka
membaca huruf satu demi satu dalam
tiap-tiap deret. Diatas tiap-tiap deret ditulis D= ...m,artinya huruf satu
dalam deret tersebut seharusnya pada orang normal dapat dibaca dari jarak
sekian meter.Bila orang percobaan dapat membaca semua huruf dalam D=10 artinya
visus orang tersebut: V= d/D= 6/10
Data yang kami peroleh
dengan probandus Ali Kumaedi :
|
Mata kanan
|
Mata kiri
|
|
,tingkat 8. Bisa melihat sampai
tingkat 8, jadi kesimpulannya mata kanan edi normal.
|
, tingkat 5. Jadi
kesimpulannya mata kiti edi tidak
normal, karena dari hasil percobaan hanya bias melihat sampai tingkat 5 saja.
|
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI
SEBELUM PRATIKUM:
1. Mengapa
jarak pemeriksaan (d)= 6 meter ?
2. Bolehkah
jaraknya hanya 3 meter,dengan huruf yang lebih kecil (setengah huruf yang untuk jarak 6 meter .
3. Mengapa
penulisan Visus normal 5/5 ? Bolehkah ditulis Visus=1 (5/5)= 1) ?
4. Apa
yang disebut Myo,Hipermetrop,Presbyop dan Emetrop ?
Myo tidak mampu melihat
dengan jelas objek yang jauh tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek di
titik dekatnya (pada jarak 25 cm). di bantu oleh lensa divergen/cekung/negative
supaya dapat melihat benda jauh.
Hipermetropi tidak
mampu melihat dengan jelas objek yang terletak di titik dekatnya tapi tetap
mampu melihat dengan jelas objek yang jauh (tak hingga). Di bantu dengan lensa
konvergen/cembung/positive supaya lensa mata dapat memfokuskan bayangan tepat
di retina.
Presbyop atau mata tua disebabkan karena gaya akomodasi lensa mata tak bekerja
dengan baik akibatanya lensa mata tidak dapat menfokuskan cahaya ke titik
kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang jauh maupun dekat.
gaya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung dan memipih.
Presbiopi dapat diatasi dengan lensa ganda yang berisi lensa plus dan minus.
Emetrop mata yang dapat menepatkan bayangan sehingga jatuh di tempat
yang tepat di retina. Jadi, tidak ada kelainan
refraksi pada mata ini sehingga tajam penglihatan pun sempurna hingga 6/6 atau
20/20.
refraksi pada mata ini sehingga tajam penglihatan pun sempurna hingga 6/6 atau
20/20.
5. Visus
seseorang 6/10. Apakah ini berarti matanya Myop ? Bagaiman penjelasannya?
6. Bagaiman
dengan Hipermetrop,Presbyop dan Emeterop
?
7. Berkurangnya
visus,antara lain bisa dikoreksi dengan lensa silindris ?
8. Lensa
apakah itu ? Aap itu
lensa sferis dan apa pula lensa silindris ?
Bias jadi, dan bias
juga memakai lensa cembung maupun cekung.
KELAINAN REFRAKSI
Kelainan
refraksi dapat disebabkan oleh adanya kelengkungan kornea yang tak teratur atau kelainan kelengkungan pada permukaan
lensa kristallina sendiri (sebagian besar oleh karena kelainan kelengkungan
cornea)
Untuk
pemeriksaankelengkungan kornea dipakai percobaan dengan alat:
1. Keratoscope
Placido.
2. Kipas
Lancaster.
CARA PEMERIKSAAN:
1.
KERASTOSCOPE
PLACIDO (cara obyektif)
Orang percobaan berdiri
menghadap ke dalam (tempat yang terang).Pemeriksaan
melihat melalui lubang pada tengah-tengah
keratoscope,dan didekatkan pada orang
percobaan.Pada keadaan normal gambaran lingkaran pada keratoscope akan
tampak pada permukaan kornea dengan
baik (disini permukaan kornea sebagai cermin cembung). Bila ada kelainan kelengkungan
kornea,maka gambaran-gambaran lingkaran keratoscope pada kornea tidak sebagai
lingkaran yang baik,tapi sebagai lingkaran yang berkelok-kelok atau berbentuk oval.
Dari dat yang kami peroleh dengan probandus Sulfisius
Ricky.
Pada saat salah satu mata melihat melalui lubang tengah
keratoskope, gambaran yang di dapar berbentuk oval, kesimpulanya kornea
Sulfisius Ricky tidak normal
2.
KIPAS
LANCASTER (cara subyektif)
Kipas diletakkan 1
meter di depan tempat duduk probandus.Dengan satu mata ditutup,
mata yang lain difiksasi pada pusat Kipas
Lancaster,maka probandus melihat garis-garis pada kipas Lancaster.Pada orang
normal garis-garis itu dapat dilihat semua dengan baik, sedang pada orang yang
astigmatis tak dapat melihat sebagian dari garis-garis itu,atau terlihat terputus-putus atau terlihat tidak
lurus lagi.
dar
dari data yang kami dapat dengan probandus Ali Kumaedi:
pada jarak 6 meter mata kanan Ali Kumaedi tidak bias
melihat garis utuh, garis no 4,8, dan 2 terlihat putus-putus. Sedangkan mata
kanan Ali Kumaedi pada jarak 5 meter hanya no 2 dan 4 yang terlihat
putus-putus. Dan mata kiri Ali Kumaedi pada jarak 6 meter dengan no 10, 11, 2,
dan 5 terlihat putus-putus, sedangkan pada jarak 5 ,meter mata Ali Kumaedi
dengan no 11,12,7, dan 5 terlihat putus-ptus. Kesimpilannya mata Ali Kumaedi
termasuk golongan ASTIGMATISMA.
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI
SEBELUM PRATIKUM:
1. Apa
yang disebut astigmatisma? Aap saja yang termasuk astigmatisma? (Reguler)
2. Ireguler?
3. Mengapa
disebut cara objektif dan cara subjektif ?
4. Kalau
pada pemeriksaan Kipas Lancaster ada garis sejajar yang terlihat tidak
sejajar, Apa artinya? Bagaimana kalau ada garis terlihat putus-putus?
5. Kalau
pada pemeriksaan Placido,terlihat garisnya oval,apa artinya?
Penglihatan Binocular-Percobaan
Dari Hering.
Penglihatan
dengan dua mata akan mendapatkan gambaran stereoskopik atau 3 dimensi
ruang.Jadi benda-benda yang kita lihat
dapat dibedakan panjang,lebar dan tebalnya.Sedangkan penglihatan dengan 1 mata
menghasilkan penglihatan 2 dimensi bidang,artinya benda yang kita lihat hanya
da ukuran panjang dan lebar saja.Halini dapat kita buktikan dengan percobaan
dengan alaty Hering.
Alat Yang Dibutuhkan:
1. Alat
Hering
2. Kelereng
atau benda-benda kecil lain,misalnya potongan kapur.
3. Satu
batang kayu kecil atau lidi.
Cara Percobaan :
-
Mula-mula melihat dengan dua mata
melalui alat Hering dan dijatuhkan
kelereng-kelereng di depan atau di belakang kawat penunjuk pada alat
Hering.Pada orang normal maka akan dapat mengatakan dengan cepat dan tepat apakah
kelereng dijatuhkan di depan atau di belakang kawat penunjuk.Dalam hal
ini dipergunakan 20 kelereng.Catat berapa persen kesalahannya.
-
Dengan alat yang sama kita tukar kelereng jatuh itu dengan lidi
atau batang kayu kecil dan orang percobaan disuruh menentukan letak lidi itu.Bandingkan bila
dipergunakan satu mata dan dua mata.
Dari data yang kami dapatkan dengan probandus Ali Kumaedi: mpada
saat melihat dengan 2 mata terdapat 3 kesalahan. Dan pada saat melihat hanya
menggunakan 1 mata terdapat 5 kesalahan.
STEREOSKOP
Bila suatu gambar kita lihat dengan dua
mata,dengan mempergunakan alat Stereoskop,maka bila bayangan jatuh pada titik-titik yang identik dari retina
mata kanan dan kiri,akan terlihat sebagai satu gambar dengan dua dimensi.Sedang
bila bayangan benda jatuh sebagian pada titik identik dan sebagian lagi pada
disparasi melintang maka benda akan kita lihat 3 dimensi.
Alat
Yang Dibutuhkan:
1. Stereoskop
2. Gambar-gambar
dari stereoskop
Cara
percobaan:
Letakan gambar-gambar pada
tempatnya dari stereoskop.Letak gambar ini dapa t didekatkan dan dijauhkan dari
mata sedemikian rupa sehingga pada satu jarak tertentu tercapai titik identik,
dimana pada titik ini terjadi fusi (penyatuan) dari gambar sebelah kanan dan kiri.Kemudian
lihatlah gambar-gambar lingkaran pada titik identik ini, maka akan terlihat lingkaran-lingkaran
itu seolah-olah terletak dalam ruang, (3 dimensi), dimana masing-masing lingkaran
titik sama jauhnya dari mata. (kartuNomor XXVI s/d XXXI).
Dari data yang
kami dapatkan , probandus Silfisius Ricky. Bahwa bayangan jatuh pada titik-titik yang identik dari retina
mata kanan dan kiri, maka akan terlihat sebagai satu gambar dengan dua dimensi
TES
BUTA WARNA.
Tidak semua orang dapat
membedakan warna-warna yang ada, sebab terdapat orang-orang yang buta warna.Untuk
mengetahuia danya buta warna kita mengenal cara-cara:
1. Cara
spektroskopikdengananomaloskop.
2. Denganbenang-benangHolmgreen.
3. Gambaran
Pseudo iso-kromatisdari Shilling-Ishihara.
Alat
yang dipakai:
Buku Test for Colour by
Shilling-ishihara.
Cara
pemeriksaan:
Gambaran-gambaran pseudo-isochromatisitu
diletakkan pada jarak kurang lebih 1 m dan dilihat satu persatu.
Interpretasinyaadalahsebagaiberikut:
-
Gambar
no. 1 :Baik orang normal maupun buta warna membaca angka
12.
-
Gambar
no. 2 :Orang normal membaca 3.
Buta warna merah hijau membaca 5.
Buta warna total tak dapat membaca.
-
Gambar
no. 3 :Orang normal membaca 15.
Buta warna merah hijau 17.
Total buta warna tak dapat membaca.
-
Gambar
no. 4 :Normal 74.
Buta warna merah hijau 21.
Total buta warna tak dapat membaca.
-
Gambar
no. 5 :Normal membaca 45.
Buta warna tak dapat membaca.
-
Gambar
no. 6 :Normal membaca 67.
Buta warna tak dapat membaca.
-
Gambar
no. 7 :Normal membaca 6.
Buta warna tak dapat membaca.
-
Gambar
no. 8 :Normal membaca tak dapat.
Buta warna merah hijau 45.
-
Gambar
no. 9 : Baik orang normal/buta warna dapat mengikuti garis antara
2 dantanda
X.
-
Gambar
no.10 – 11 :Orang normal dapat mengikuti titik-titik
hijau antara 2 tanda X.
Orang total buta warna tak dapat.
-
Gambar
no.12 – 13:Orang normal mudah mengikuti baris antara
2 tanda X.
Butawarnasukar.
-
Gambar
no. 14 :Buta warna merah hijau.
Orang normal danbutawarna total
sukarmengikutinya.
-
Gambar
no. 15 – 16 :Buta warna mengikuti melalui titik
purple.
Buta
warna hijau melalui titik merah dalam mengikuti garis antara 2 tanda X.
Dari data yang kami dapatkan bahwa
probandus Ali Kumaedi dapat menebak warna, angka, dan dapat membedakan
warna-warnanya.
LAPANGAN
PENGELIHATAN.
Lapangan pengelihatan adalah
ruangan yang masih dapat dilihat oleh satu mata tanpa menggerakkan mata itu.
Lapangan pengelihatan ini
untuk daerah temporal, dorsal, atas dan bawah tidak sama luasnya, sebab terhalang
oleh bangunan-bangunan anatomic disekitar mata.
Alat
Yang Dipakai :
1. Kampimeter
:papantulis yang diberigaris – garissumbu.
Cara
pemeriksaan :
1. KAMPIMETER
Dengan
dagu orang percobaan diletakkan pada tempat dagu, dan satu mata difilsasi pada
titik kampimeter, sedang mata yang lain ditutup.
Sebuah
benda kecil digerakkan sepanjang sumbu mendatar, tegak dan miring dari tepi ke
tengah. Pada saat benda itu terlihat, titik itu diberi tanda. Bila titik-titik
ini di hubungkan, kita mendapat lapangan pemandangan ( kampus visi).
Gantilah
benda-benda kecil itu dengan warna putih, merah, biru, dan hijau,. Bandingkan
lapangan penglihatan untuk masing-masing warna tersebut.
2. PERIMETER
Cara
percobaan sama dengan memakai campimeter, hanya saja sebagai ganti papan tulis
dipakai ½ lingkaran yang dapat di putar 360 derajat.
Mula-mula
meridian diletakkan mendatar dan dicari lapang penglihatan untuk daerah nasal
dan temporal. Kemudian kita putar tiap kali 15 atau 30 derajatan kita tentukan
lapangan penglihatan, juga pada saat meridian dalam keadaan tegak (vertical).
Hasil
yang di dapat kita catat dalam kertas dengan diberi gambar lingkaran dengan
sumbu-sumbu yang kita pergunakan.
PROYEKSI BINTIK BUTA
PADA LAPANGAN PENGLIHATAN
Bintik
buta dalam keadan normal selalu terdapat, sebab pada Papilla Nervi OOptici yang
tidak terdapat conus dan bacillus. Bintik buata ini terletak 15 derajat di
sebelah nasal bintik kuning, sehingga proyeksinya pada lapangn penglihatan
terletak di daerah temporal.
ALAT YANG DI PAKAI :
Campimeter.
Cara pemeriksaan :
Dennagan
benda kecil putih kita cari proyeksi bintik buta pada daerah temporal lapangan
penglihatan. Tentukan ukuran proyeksi bintik buta ini dalam millimeter untuk
menentukan besar papilla nervi optici yang sesungguhnya.
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI
SEBELUM PRAKTIKUM
1. Gambar bola mata keseluruhan . Gambaran fundus yang
normal
2. Bagaimana
gambaran fundus mata pada kenaikan tensi bola mata ?
3. Sebutkan
jalannya impuls cahaya mulai dari retina sampai ke pusat penglihatan!
4. Bagaimana
teori penglihatan warna dari Young- Helmholtz? Apa sel batang dan sel kerucut ?
Bagaimana sifat-sifatnya masing-masing?
5. Pembagian
buta warna yang sudah diketahui. Berapa persen buta warna hijau,merah dan merah
hijau pada laki-laki dan wanita?
6. Bagaimana
persepsi warna putih? Dimana terjadinya interprestasi warna?
7. Bagaimana
lapangan penglihatan normal?
8. Apakah
ada perbedaan lapangan penglihatan untuk warna-warna merah, putih,bru dan
hijau?
Mengapa?
9. Berapa
besar diameter sesungguhnya dari papilla nervi optici? Berikan dengan cara
perhitungannya !
10. Apa
sebab dalam keadaan biasa bintik buta itu tidak menganggu penglihatan?
B.
PENDENGARAN
TUJUAN
INSTRUKSIONAL UMUM :
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan melakukan pemeriksaan fungsi normal dari organ telinga
TUJUAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS :
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan melakukan pemeriksaan tajam pendengaran dengan tes :
a. Voice
test
b. Test
garpu tala
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN
Pemeriksaan ketajaman
pendengaran hanya dapat dilakukan ruangan yang suasananya tenang-tenang. Pada
praktikum ini dilakukan ketajaman pendengaran dengan cara :
A. Voice
Test
B. Instrumental
test dengan garpu tala
A.
VOICE
TEST
1. Pemeriksaan
dengan suara berbisik
2. Pemeriksaan
dengan suara biasa
3. Pemeriksaan
dengan suara keras
1.
PEMERIKSAAN
DENGAN SUARA BERBISIK
Dilakukan oleh dua
mahasiswa, yang pertama sebagai pemeriksa dan yang kedua sebagai orang
percobaan. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan nilai ambang pendengaran secara
kasar (kurang teliti). Pemeriksa duduk menghadap pada orang percobaan. Orang
percobaan duduk Pada jarak antara 6 meter dari pemeriksa menghadap sedemikian
rupa sehingga telinga yang diperiksa menghadap si pemeriksa , dengan melihat
pemeriksa dan menutup telinga yang lain dengan ujung jari atau kapas dengan
rapat . Orang percobaan memikirikan suara berbisik dengan kata – kata pendek ,
mislnya : nama – nama kota , dsb .
Bila pada jarak 6 meter
ini orang ppercobaan tidak mendengar
dengan baik , maka percobaan diteruskan dengan memperpendek jarak antara
pemeriksa dan orang percobaan sampai orang percobaan mendengar atau menirukan
dengan baik. Kemudian di periksa telinga yang lain. Selanjutnya bergantian si
pemeriksa menjadi orang percobaan dan sebaliknya .
2
. PEMERIKSAAN DENGAN SUARA BIASA
Dilakukan seperti di
atas, jarak antara pemeriksa dan orang percobaan 30 meter .
3. PEMERIKSAAN DENGAN
SUARA KERAS
Karena tempatnya /
ruangannya terbatas, maka pemeriksaan ad. 2 dan ad. 3 tidak di lakukan .
Catatan : Berhubung
suasana tenang di laboratorium sulit sekali di dapatkan, maka percobaan ini
tidak di lakukan . Tetapi mahasiswa
harus mengetahui cara pemeriksaanya serta teori yang mendasarinya .
4 . PEMERIKSAAN DENGAN GARPU TALA
I.
RINNE
TEST
1. Getarkan
garpu tala (frekwensi 256 ) dengan salah satu unjungnya pada tepi telapak tangan. Jangan sekali- kali
memukulkan pada benda yang keras .
2. Tekankan
gagang penala yang bergetar ini pada Processus Mastoideus salah satu telinga
orang percobaan .
3. Tanyakanlah
kepada orang percobaan itu apakah ia mendengar suara penala mendengung pada telinga yang di periksa . Bila demekian,
orang percobaan harus memberi tanda segera bila dengungan itu menghilang .
4. Pada
saat itu pemeriksa mengangkat penala dari Processus Mastoideus dan mendekatkan
unjung penala sedekat mungkin telinga yang
sedang diperiksa .
5. Tanyakan
pada orang percobaan apakah sekarang ia
mendengar kembali untuk beberapa waktu suara dengungan penala. Bila ia
mendengar kembali , maka hasil pemeriksaan di tuliskan R ( + ) , bila tak
mendengar kembali : R ( - ) .
6. Ulangi
percobaan seperti di atas untuk telinga yang lain .
Dari data
yang kami peroleh bahwa probeandus Sulfisius Ricky dapat mendengar suara pada saat terdapat
dengungan penalla, mka hasilnya dapat di tuliskan R ( + ).
II.
WEBER
TEST
1. Getarkan
garpu tala ( frekuensi 512 ) dengan cara seperti di atas .
2. Tekankan
gagang penala pada dahi orang percobaan di garis median .
3. Tanyakan
kepada orang percobaan , apakah ia mendengar dengungan suara penala sama kuatnya di kedua telinga . Bila dengungan di
dengar sama kuat di kedua telinga , di
katakan tak terdapat lateralisasi. Bila dengungan di denga lebih kuat di salah
satu telinga dikatakan : lateralisasi ke arah telinga yang dengar lebih keras .
4. Bila
pada percobaan tak terdapat lateralisasi , maka untuk menimbulkan lateralisasi bauatan , tutuplah dengan kapas dan ulangilah
pemeriksaanya
Dari data yang kami peroleh bahwa probandus Sulfisius Ricky
dapat mendengar dengunag suara yang sama dinkedua telinganyanya, maka dikatakan
tak terdapat lateralisasi.
III. SCHWARBACH TEST
1. Getarkanlah
penala ( frekuensi 128 ) dengan cara seperti di atas .
2. Tekanlah
gagang penala yang bergetar itu pada
processus mastoideus .
3. Suruhlah
orang percobaan mengacungkantangany pada saat dengungan suara menghilang .
4. Pada
saat itu dengan segera si pmeriksa memindahkn penala dari processus mastoideus
orang percobaan ke processus mastoideusnya sendiri . Pada pemerikasaan di anggap normal .
5. Bila
dengungan setelah dinyatakan berhenti
oleh orang lain percobaan masih dengar
6. Pemeriksa
, maka di sebut : SCHWABACH MEMENDEK .
7. Bila
si pemeriksa pada processus , ulanngi percobaan tersebut : Letakkan garpu tala
yang sudah di getarkan pada processus mastoideus sendiri . Setelah pemeriksa
tak mendengar lagi di pindahkan ke percessus mastoideus orang percobaan . Bila
orang percobaan masih mendengar , maka di katakan : SCHWABACH MEMANJANG .
Dari data yang kami peroleh bahwa Pasien Sulfisius Ricky
dan pemeriksa NI Made Winda masih
mendengar dengungan yang dinyatakan telah berhenti, maka di sebut SCHWABACH
MEMENDEK.
IV. CARA BING
1. Getarkanlah
penala ( frekuensi 256 atau 512 ) dengan
cara seperti d atas .
2. Tekanlah
gagang penala yang bergetar pada Processues Mastoiden orang percobaan .
3. Tanyakan
telinga mana yang mendengar dengungan paling
keras .
4. Tutuplah
liang telinga yang lain deng an jari .
5. Tanyakanlah
lagi telinga mana yang mendengar dengungan paling keras .
Dari data yang kami proleh probandus Ni Made Winda mendengarkan
tapi hanya telinga kanan yang mendengar
paling keras.
DASAR – DASAR YANG HARUS DIKETAHUI
SEBELUM PRAKTIKUM
1.
Bila pemeriksaan ini dilakukan pada orang –
orang normal dan orang-orang yang terganggu pendengaranya, apakah kemungkinan –
kemungkinan hasilnya ? Bagaimana kesimpulannya ? Mengapa saudara membuat
keseimpulan itu ? Sebutkan jawaban Saudara untuk test : RINNE : WEBER :
SCHWABACH
2.
Apa gangguan Air
Conduction dan Bone Conduction? Apa yang disebut Conduction Deafness dan
Nerve Deafness?
3.
Apa saja kemungkinannya kalau didapatkan :
a.
Telinga kanan R ( + ) kiri R ( - )
b.
Telinga kanan dan kiri R ( + )
c.
Telinga kanan dan kiri R ( - )
d.
Lateralisasi ke kanan
e.
Telinga kanan schwabach memanjang
f.
Telinga kiri schwabach memendek
C. PENCIUMAN
Data :
|
No
|
HariRotul Lutfiah
|
Dewi Suryaningsih
|
|
I
|
Cengkeh
|
Cengkeh
|
|
II
|
Kapur barus
|
Kapur barus
|
|
III
|
Kopi
|
Kopi
|
|
IV
|
Tehh
|
Tehh
|
|
V
|
Tembakau
|
Tembakau
|
Harirotul Lutfiah dan
Dewi Suryaningsih dapat menjawab ssemua bau yang ada pada tabung I sampai
tabung V.
D. PENGECAPAN
Probandus Achmad
Selamet Riyadi
|
No
|
Rasa
|
Letak
|
|
I
|
Tawar
|
netral
|
|
II
|
Manis
|
ujung
|
|
III
|
Asin
|
pangkal
|
|
IV
|
Asam
|
Pingggir /
samping
|
|
V
|
Pahit
|
Pinggir / samping
|
E. BERPUTAR.
Putaran I , menutup mata = terasa
berputar-putar.
Putaran II, melihat Bulpoin =
berlawanan arah.
Putaran III, melihat atap = searah.
Putaran IV, loncat = beralawanan
arah.
Putaran V, lepas sepatu =
berputar-putar.
Putaran VI, berdiri 1 menit =
Bergoyang.