Senin, 17 Desember 2012

praktikum INDRA


PRAKTIKUM 4
INDRA






KELOMPOK 1 : Anggota :

1.      Achmad Selamet Riyadi                     ( 12.05.001 )
2.      Ali Kumaedi                                       ( 12.05.005 )
3.      Dewi Suryaningsih                              ( 12.05.021 )
4.      Harirotul Lutfiah                                 ( 12.05.037 )
5.      Ni Made Winda Yulianingsih             ( 12.05.053 )
6.      Roudlotul Badi’ah                              ( 12.05.067 )
7.      Sulfisius Ricky Sahudin                      ( 12.05.077 )





Akademi Keperawatan Widya Husada
SEMARANG
2012
Kata Pengantar
           


Puji syukur  praktikan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunianya praktikan diperkenankan membuat laporan praktikum tentang Indra.
Laporan yang praktikan buat membahas tentang Indra.
Praktikan membuat laporan ini untuk melengkapi tugas praktikum. Selain itu juga laporan praktikum ini untuk memperluas wawasan praktikan Indra.
Praktikan sadar bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu praktikan semua dapat membuat laporan yang jauh lebih baik.




Semarang,       Desember  2012















Laporan praktikum
INDRA
Laporan ini di susun untuk menyelesaikan tugas praktikum Fisiologi yang di laksanakan pada :
            hari      :  Selasa
            tanggal            :  27 November  2012
            tempat            :  Laboratorium Fisiologi ( Fakultas Universitas Diponegoro ).
Disusun oleh :

anggota  1,                             anggota 2,                                  anggota 3,



Achmad Selamet Riyadi                     Ali   Kumaedi                         Dewi Suryaningsih
         12.05.001                                      12.05.005                                    12.05.021


                                                 anggota 4,                                          anggota 5,



                                          Harirotul Lutfiah                           Ni Made Winda Yulianingsih
                                              12.05.037                                              12.05.053


      anggota 6,                                                         anggota 7,



Roudlotul Badi’ah                                           Sulfisius Ricky Sahudin
       12.05.067                                                             12.05.077


                                                                                                                  Mengetahui,



Dosen Pembimbing Praktikum

PRAKTIKUM 4
INDRA

A.    ALAT PENGLIHATAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan fungsi normal dari organ mata.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan reflek pupil meliputi : reflek cahaya, reflex konsensual, reflex akomodasi.
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus ).
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan oemeriksaan kelengkungan kornea secara subyektif dan obyektif.
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan buta warna.
5.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan lapangan pandang dengan Perimetri dan Campimetri.
6.      Mahsisawa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan 3 dimensi dari mata dengan alat HERING.
7.      Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan efek sterreoskopik dari mata.
PEMERIKSAAN REFLEX PUPIL
Dalam indera penglihatan, reflex pupil sangat penting dalam hal pengaturan jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata supaya dapat diterima oleh retina dalam jumlah yang tidak berlebihan . Tujannya  ialah agar benda yang kita lihat dapat cukep jelas.
Kita mengenal macam – macam reflex pupil antara lain :
1.      Reflex cahaya
2.      Reflex konsensual
3.      Reflex pupil oleh karena akomodasi.
Alat – Alat Yang Dipakai :
1.      Lampu baterai
2.      Cermin datar



Cara Pemeriksaan :
1.      REFLEX CAHAYA
Pada percobaan ini satu mata kita sinari dengan lampu baterai dari arah samping mata, maka akan terjadi pengecilan celah pupil segera setelah sinar masuk ke dalam mata dan mengenai retina. Setelah cahaya kita singkirkan, maka pupil akan melebar lagi secara perlahan – lahan.
Dari data yang kami peroleh : dari percobaan tersebut mata probandus jika di dekati cahaya, maka pupil probandus mengecil. Dan jika cahaya di jauhin dari pupil maka pupil probandus membesar

2.      REFLEX KONSENSUAL
Dengan kedua mata probandus terbuka,berilah batas antara kedua mata,misalnya dengan telapak tangan.Satu mata disinari dengan lampu baterai dan seorang teman supaya mengawasi mata yang lain.Akan ternyata bahwa mata yang disinari,juga akan terjadi  pengecilan pupil.
Dari data yang kami peroleh : dari percobaan tersebut bahawa mata probandus pada saat dilakukan telapak tangan dan mata di sinari dengan lampu maka pupil mengalami pengecilan.
3.      REFLEX PUPIL MATA OLEH KARENA AKOMODASI
Orang percobaan disuruh melihat tempat yang jauh tak terhingga maka pupil akan  melebar maksimal.Kemudian orang percobaan diminta melihat benda yang dekat.Karena tiba-tiba orang percobaan harus melihat benda dekat,maka pupil akan mengecil.Pengecilan pupil ini dapat diperiksa oleh orang percobaan sendiri dengan melihatnya dalam cermin datar,atau seorang teman harus mengawasi adanya percobaan ini.
Dari data nyang kami dapat : dari percobaan tersebut bahwa pupil probandus mengalami pengecilan pada saat melihat benda yang dekat terlihat pada cermin, dan pupil terlihat membesar pada saat melihat benda jauh.
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM PRATIKUM:
1.      Bagaimna arcus reflex pada reflex pupil oleh cahaya ?
2.      Otot apa saja yang bersangkutan dengan reflex pupil ?
Muscllus aillator pupilae yaitu mengatur lebarnya pupil geraknya disebut indriasi. Dan muscllus spinter papillae yaitu mengatur mengecilnya pupil, gerakkan mengecilnya dari otot yang melingkarinya.
3.      Bagaimana prosesnya bisa terjadi reflex konsensual ?
Respon cahaya konsensual Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama. Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen)
4.      Apa yang disebut proses  akomodasi mata?  Apa pula “Pin Point” Pupil ?        


PEMERIKSAAN  VISUS
      Ketajaman penglihatan (visus) merupakan faal mata terpenting,sebab mata memang adalah  sebagai indra penglihat.Pemeriksaannya menggunakan alat Optotype dari Snellen yangpertama kali disusun oleh Snellen pada tahun 1826. Kontruksinya merupakan beberapa deret huruf atau angka-angka atau gambar-gambar yang dibuat demikian rupa sehingga bagian masing-masing  huruf besarnya 1 menit  (sudut penglihatan minimum)                       Optotype Snellen yang terdiri dari gambar-gambar dipergunakan untuk memeriksa visus  orang-orang buta huruf atau kanak-kanak.

CARA PEMERIKSAAN:
-          Optotype diletakkan pada jarak : 6 m (d=6m) dari tempat duduk orang yang diperiksa.Ada juga modifiksai optotype Snellen dengan d=5m.                                     
-          Dengan satu mata  tertutup (ditutup dengan telapak tangan dan  tak boleh ditekan),maka yang terbuka membaca huruf  satu demi satu dalam tiap-tiap deret. Diatas tiap-tiap deret ditulis D= ...m,artinya huruf satu dalam deret tersebut seharusnya pada orang normal dapat dibaca dari jarak sekian meter.Bila orang percobaan dapat membaca semua huruf dalam D=10 artinya visus orang tersebut: V= d/D= 6/10
Data yang kami peroleh dengan probandus Ali Kumaedi :
Mata kanan
Mata kiri
,tingkat 8. Bisa melihat sampai tingkat 8, jadi kesimpulannya mata kanan edi normal.
, tingkat 5. Jadi kesimpulannya  mata kiti edi tidak normal, karena dari hasil percobaan hanya bias melihat sampai tingkat 5 saja.



DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM PRATIKUM:         
1.      Mengapa jarak pemeriksaan (d)= 6 meter ?
2.      Bolehkah jaraknya hanya 3 meter,dengan huruf yang lebih kecil (setengah huruf  yang untuk jarak 6 meter .
3.      Mengapa penulisan Visus normal 5/5 ? Bolehkah ditulis Visus=1 (5/5)= 1) ?
4.      Apa yang disebut Myo,Hipermetrop,Presbyop dan Emetrop ?
Myo tidak mampu melihat dengan jelas objek yang jauh tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek di titik dekatnya (pada jarak 25 cm). di bantu oleh lensa divergen/cekung/negative supaya dapat melihat benda jauh.
Hipermetropi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang terletak di titik dekatnya tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek yang jauh (tak hingga). Di bantu dengan lensa konvergen/cembung/positive supaya lensa mata dapat memfokuskan bayangan tepat di retina.
Presbyop atau mata tua disebabkan karena gaya akomodasi lensa mata tak bekerja dengan baik akibatanya lensa mata tidak dapat menfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang jauh maupun dekat. gaya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung dan memipih. Presbiopi dapat diatasi dengan lensa ganda yang berisi lensa plus dan minus.
Emetrop  mata  yang dapat  menepatkan bayangan sehingga jatuh di tempat yang tepat di retina. Jadi, tidak ada kelainan
refraksi pada mata ini sehingga tajam penglihatan pun sempurna hingga 6/6 atau
20/20.
5.      Visus seseorang 6/10. Apakah ini berarti matanya Myop ? Bagaiman penjelasannya?
6.      Bagaiman dengan Hipermetrop,Presbyop dan Emeterop  ?
7.      Berkurangnya visus,antara lain bisa dikoreksi dengan lensa silindris ?
8.      Lensa apakah itu ?  Aap  itu  lensa sferis dan apa pula lensa silindris ?
Bias jadi, dan bias juga memakai lensa cembung maupun cekung.

KELAINAN REFRAKSI
Kelainan refraksi dapat disebabkan oleh adanya kelengkungan kornea yang tak teratur  atau kelainan kelengkungan pada permukaan lensa kristallina sendiri (sebagian besar oleh karena kelainan kelengkungan cornea)
Untuk pemeriksaankelengkungan kornea dipakai percobaan dengan alat:
1.      Keratoscope Placido.
2.      Kipas Lancaster.              



CARA PEMERIKSAAN:
1.      KERASTOSCOPE PLACIDO (cara obyektif)
             Orang percobaan berdiri menghadap ke dalam (tempat yang terang).Pemeriksaan 
         melihat melalui  lubang pada tengah-tengah keratoscope,dan didekatkan pada orang        percobaan.Pada keadaan normal gambaran lingkaran pada keratoscope akan tampak    pada permukaan kornea dengan baik (disini permukaan kornea sebagai cermin cembung). Bila ada kelainan kelengkungan kornea,maka gambaran-gambaran lingkaran keratoscope pada kornea tidak sebagai lingkaran yang baik,tapi sebagai lingkaran yang berkelok-kelok  atau berbentuk oval.
Dari dat yang kami peroleh dengan probandus Sulfisius Ricky.
Pada saat salah satu mata melihat melalui lubang tengah keratoskope, gambaran yang di dapar berbentuk oval, kesimpulanya kornea Sulfisius Ricky tidak normal
2.      KIPAS LANCASTER (cara subyektif)
    Kipas diletakkan 1 meter di depan tempat duduk probandus.Dengan satu mata ditutup,
    mata yang lain difiksasi pada pusat Kipas Lancaster,maka probandus melihat garis-garis pada kipas Lancaster.Pada orang normal garis-garis itu dapat dilihat semua dengan baik, sedang pada orang yang astigmatis tak dapat melihat sebagian dari garis-garis itu,atau  terlihat terputus-putus atau terlihat tidak lurus lagi.
dar
dari data yang kami dapat dengan probandus Ali Kumaedi:
pada jarak 6 meter mata kanan Ali Kumaedi tidak bias melihat garis utuh, garis no 4,8, dan 2 terlihat putus-putus. Sedangkan mata kanan Ali Kumaedi pada jarak 5 meter hanya no 2 dan 4 yang terlihat putus-putus. Dan mata kiri Ali Kumaedi pada jarak 6 meter dengan no 10, 11, 2, dan 5 terlihat putus-putus, sedangkan pada jarak 5 ,meter mata Ali Kumaedi dengan no 11,12,7, dan 5 terlihat putus-ptus. Kesimpilannya mata Ali Kumaedi termasuk golongan ASTIGMATISMA.
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM PRATIKUM:
1.      Apa yang disebut astigmatisma? Aap saja yang termasuk astigmatisma? (Reguler)
2.      Ireguler?
3.      Mengapa disebut cara objektif dan cara subjektif ?
4.      Kalau pada pemeriksaan Kipas Lancaster ada garis sejajar yang terlihat  tidak  sejajar, Apa artinya? Bagaimana kalau ada garis terlihat putus-putus?
5.      Kalau pada pemeriksaan Placido,terlihat garisnya oval,apa artinya?

Penglihatan Binocular-Percobaan Dari Hering.
Penglihatan dengan dua mata akan mendapatkan gambaran stereoskopik atau 3 dimensi ruang.Jadi  benda-benda yang kita lihat dapat dibedakan panjang,lebar dan tebalnya.Sedangkan penglihatan dengan 1 mata menghasilkan penglihatan 2 dimensi bidang,artinya benda yang kita lihat hanya da ukuran panjang dan lebar saja.Halini dapat kita buktikan dengan percobaan dengan alaty Hering.

Alat Yang Dibutuhkan:
1.      Alat Hering
2.      Kelereng atau benda-benda kecil lain,misalnya potongan kapur.
3.      Satu batang kayu kecil atau lidi.

Cara Percobaan :
-          Mula-mula melihat dengan dua mata melalui alat Hering dan dijatuhkan  kelereng-kelereng di depan atau di belakang kawat penunjuk pada alat Hering.Pada orang normal maka akan dapat mengatakan dengan cepat dan  tepat apakah  kelereng dijatuhkan di depan atau di belakang kawat penunjuk.Dalam hal ini dipergunakan 20 kelereng.Catat berapa persen kesalahannya.
-          Dengan alat yang sama  kita tukar kelereng jatuh itu dengan lidi atau batang kayu kecil dan orang percobaan disuruh  menentukan letak lidi itu.Bandingkan bila dipergunakan satu mata dan dua mata.

Dari data yang kami dapatkan dengan probandus Ali Kumaedi: mpada saat melihat dengan 2 mata terdapat 3 kesalahan. Dan pada saat melihat hanya menggunakan 1 mata terdapat 5 kesalahan.

STEREOSKOP
Bila suatu gambar kita lihat dengan dua mata,dengan mempergunakan alat Stereoskop,maka bila bayangan jatuh  pada titik-titik yang identik dari retina mata kanan dan kiri,akan terlihat sebagai satu gambar dengan dua dimensi.Sedang bila bayangan benda jatuh sebagian pada titik identik dan sebagian lagi pada disparasi melintang maka benda akan kita lihat 3 dimensi.

Alat Yang Dibutuhkan:
1.      Stereoskop
2.      Gambar-gambar dari stereoskop

Cara percobaan:
Letakan gambar-gambar pada tempatnya dari stereoskop.Letak gambar ini dapa t didekatkan dan dijauhkan dari mata sedemikian rupa sehingga pada satu jarak tertentu tercapai titik identik, dimana pada titik ini terjadi fusi (penyatuan) dari gambar sebelah kanan dan kiri.Kemudian lihatlah gambar-gambar lingkaran pada titik identik ini, maka akan terlihat lingkaran-lingkaran itu seolah-olah terletak dalam ruang, (3 dimensi), dimana masing-masing lingkaran titik sama jauhnya dari mata. (kartuNomor XXVI s/d XXXI).
            Dari data yang kami dapatkan , probandus Silfisius Ricky. Bahwa bayangan jatuh  pada titik-titik yang identik dari retina mata kanan dan kiri, maka akan terlihat sebagai satu gambar dengan dua dimensi
TES BUTA WARNA.
Tidak semua orang dapat membedakan warna-warna yang ada, sebab terdapat orang-orang yang buta warna.Untuk mengetahuia danya buta warna kita mengenal cara-cara:
1.      Cara spektroskopikdengananomaloskop.
2.      Denganbenang-benangHolmgreen.
3.      Gambaran Pseudo iso-kromatisdari Shilling-Ishihara.

Alat yang dipakai:
Buku Test for Colour by Shilling-ishihara.
Cara pemeriksaan:
Gambaran-gambaran pseudo-isochromatisitu diletakkan pada jarak kurang lebih 1 m dan dilihat satu persatu.
Interpretasinyaadalahsebagaiberikut:
-          Gambar no. 1 :Baik orang normal maupun buta warna membaca angka 12.
-          Gambar no. 2 :Orang normal membaca 3.
Buta warna merah hijau membaca 5.
Buta warna total tak dapat membaca.
-          Gambar no. 3 :Orang normal membaca 15.
Buta warna merah hijau 17.
Total buta warna tak dapat membaca.
-          Gambar no. 4 :Normal 74.
Buta warna merah hijau 21.
Total buta warna tak dapat membaca.

-          Gambar no. 5 :Normal membaca 45.
Buta warna tak dapat membaca.
-          Gambar no. 6 :Normal membaca 67.
Buta warna tak dapat membaca.
-          Gambar no. 7 :Normal membaca 6.
Buta warna tak dapat membaca.
-          Gambar no. 8 :Normal membaca tak dapat.
Buta warna merah hijau 45.
-          Gambar no. 9 : Baik orang normal/buta warna dapat mengikuti garis antara 2 dantanda
X.
-          Gambar no.10 – 11 :Orang normal dapat mengikuti titik-titik hijau antara 2 tanda X.
 Orang total buta warna tak dapat.
-          Gambar no.12 – 13:Orang normal mudah mengikuti baris antara 2 tanda X.
Butawarnasukar.
-          Gambar no. 14 :Buta warna merah hijau.
Orang normal danbutawarna total sukarmengikutinya.
-          Gambar no. 15 – 16 :Buta warna mengikuti melalui titik purple.
Buta warna hijau melalui titik merah dalam mengikuti garis antara 2 tanda X.
Dari data yang kami dapatkan bahwa probandus Ali Kumaedi dapat menebak warna, angka, dan dapat membedakan warna-warnanya.
LAPANGAN PENGELIHATAN.
Lapangan pengelihatan adalah ruangan yang masih dapat dilihat oleh satu mata tanpa menggerakkan mata itu.
Lapangan pengelihatan ini untuk daerah temporal, dorsal, atas dan bawah tidak sama luasnya, sebab terhalang oleh bangunan-bangunan anatomic disekitar mata.
Alat Yang Dipakai :
1.      Kampimeter :papantulis yang diberigaris – garissumbu.
2.      Perimeter : sebuah meridian ½ lingkaran yang dapat diputar.

Cara pemeriksaan :
1.      KAMPIMETER
Dengan dagu orang percobaan diletakkan pada tempat dagu, dan satu mata difilsasi pada titik kampimeter, sedang mata yang lain ditutup.
Sebuah benda kecil digerakkan sepanjang sumbu mendatar, tegak dan miring dari tepi ke tengah. Pada saat benda itu terlihat, titik itu diberi tanda. Bila titik-titik ini di hubungkan, kita mendapat lapangan pemandangan ( kampus visi).
Gantilah benda-benda kecil itu dengan warna putih, merah, biru, dan hijau,. Bandingkan lapangan penglihatan untuk masing-masing warna tersebut.
2.      PERIMETER
Cara percobaan sama dengan memakai campimeter, hanya saja sebagai ganti papan tulis dipakai ½ lingkaran yang dapat di putar 360 derajat.
Mula-mula meridian diletakkan mendatar dan dicari lapang penglihatan untuk daerah nasal dan temporal. Kemudian kita putar tiap kali 15 atau 30 derajatan kita tentukan lapangan penglihatan, juga pada saat meridian dalam keadaan tegak (vertical).
Hasil yang di dapat kita catat dalam kertas dengan diberi gambar lingkaran dengan sumbu-sumbu yang kita pergunakan.

PROYEKSI BINTIK BUTA PADA LAPANGAN PENGLIHATAN
Bintik buta dalam keadan normal selalu terdapat, sebab pada Papilla Nervi OOptici yang tidak terdapat conus dan bacillus. Bintik buata ini terletak 15 derajat di sebelah nasal bintik kuning, sehingga proyeksinya pada lapangn penglihatan terletak di daerah temporal.

ALAT YANG DI PAKAI :
Campimeter.

Cara pemeriksaan :
Dennagan benda kecil putih kita cari proyeksi bintik buta pada daerah temporal lapangan penglihatan. Tentukan ukuran proyeksi bintik buta ini dalam millimeter untuk menentukan besar papilla nervi optici yang sesungguhnya.








                                                                                                                                                        
DASAR-DASAR YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM PRAKTIKUM
1.      Gambar  bola mata keseluruhan . Gambaran fundus yang normal
2.      Bagaimana gambaran fundus mata pada kenaikan tensi bola mata ?
3.      Sebutkan jalannya impuls cahaya mulai dari retina sampai ke pusat penglihatan!
4.      Bagaimana teori penglihatan warna dari Young- Helmholtz? Apa sel batang dan sel kerucut ? Bagaimana sifat-sifatnya masing-masing?
5.      Pembagian buta warna yang sudah diketahui. Berapa persen buta warna hijau,merah dan merah hijau pada laki-laki dan wanita?
6.      Bagaimana persepsi warna putih? Dimana terjadinya interprestasi warna?
7.      Bagaimana lapangan penglihatan normal?
8.      Apakah ada perbedaan lapangan penglihatan untuk warna-warna merah, putih,bru dan hijau?
Mengapa?
9.      Berapa besar diameter sesungguhnya dari papilla nervi optici? Berikan dengan cara perhitungannya !
10.  Apa sebab dalam keadaan biasa bintik buta itu tidak menganggu penglihatan?

B.      PENDENGARAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan fungsi normal dari organ telinga


TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan pemeriksaan tajam pendengaran dengan tes :
a.       Voice test
b.      Test garpu tala

PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Pemeriksaan ketajaman pendengaran hanya dapat dilakukan ruangan yang suasananya tenang-tenang. Pada praktikum ini dilakukan ketajaman pendengaran dengan cara :
A.    Voice Test
B.     Instrumental test dengan garpu tala

A.    VOICE TEST
1.      Pemeriksaan dengan suara berbisik
2.      Pemeriksaan dengan suara biasa
3.      Pemeriksaan dengan suara  keras

1.      PEMERIKSAAN DENGAN SUARA BERBISIK
Dilakukan oleh dua mahasiswa, yang pertama sebagai pemeriksa dan yang kedua sebagai orang percobaan. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan nilai ambang pendengaran secara kasar (kurang teliti). Pemeriksa duduk menghadap pada orang percobaan. Orang percobaan duduk Pada jarak antara 6 meter dari pemeriksa menghadap sedemikian rupa sehingga telinga yang diperiksa menghadap si pemeriksa , dengan melihat pemeriksa dan menutup telinga yang lain dengan ujung jari atau kapas dengan rapat . Orang percobaan memikirikan suara berbisik dengan kata – kata pendek , mislnya : nama – nama kota , dsb .
Bila pada jarak 6 meter ini orang ppercobaan tidak mendengar  dengan baik , maka percobaan diteruskan dengan memperpendek jarak antara pemeriksa dan orang percobaan sampai orang percobaan mendengar atau menirukan dengan baik. Kemudian di periksa telinga yang lain. Selanjutnya bergantian si pemeriksa menjadi orang percobaan dan sebaliknya .
2 . PEMERIKSAAN DENGAN SUARA BIASA
Dilakukan seperti di atas, jarak antara pemeriksa dan orang percobaan 30 meter .
3. PEMERIKSAAN DENGAN SUARA KERAS
Karena tempatnya / ruangannya terbatas, maka pemeriksaan ad. 2 dan ad. 3 tidak di lakukan .
Catatan : Berhubung suasana tenang di laboratorium sulit sekali di dapatkan, maka percobaan ini tidak di lakukan . Tetapi mahasiswa  harus mengetahui cara pemeriksaanya serta teori yang mendasarinya .


4 .  PEMERIKSAAN DENGAN GARPU TALA
I.                   RINNE TEST
1.      Getarkan garpu tala (frekwensi 256 ) dengan salah satu unjungnya pada tepi  telapak tangan. Jangan sekali- kali memukulkan pada benda yang keras .
2.      Tekankan gagang penala yang bergetar ini pada Processus Mastoideus salah satu telinga orang percobaan .
3.      Tanyakanlah kepada orang percobaan itu apakah ia mendengar suara  penala mendengung pada  telinga yang di periksa . Bila demekian, orang percobaan harus memberi tanda segera bila dengungan itu menghilang .
4.      Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari Processus Mastoideus dan mendekatkan unjung penala sedekat mungkin telinga yang  sedang diperiksa .
5.      Tanyakan pada orang percobaan  apakah sekarang ia mendengar kembali untuk beberapa waktu suara dengungan penala. Bila ia mendengar kembali , maka hasil pemeriksaan di tuliskan R ( + ) , bila tak mendengar kembali : R ( - ) .
6.      Ulangi percobaan seperti di atas untuk telinga yang lain .
Dari data yang kami peroleh bahwa probeandus Sulfisius Ricky  dapat mendengar suara pada saat terdapat dengungan penalla, mka hasilnya dapat di tuliskan R ( + ).
II.                WEBER TEST
1.      Getarkan garpu tala ( frekuensi 512 ) dengan cara seperti di atas .
2.      Tekankan gagang penala pada dahi orang percobaan di garis median .
3.      Tanyakan kepada orang percobaan , apakah ia mendengar dengungan suara penala sama  kuatnya di kedua telinga . Bila dengungan di dengar sama kuat di kedua  telinga , di katakan tak terdapat lateralisasi. Bila dengungan di denga lebih kuat di salah satu telinga dikatakan : lateralisasi ke arah telinga yang dengar lebih keras .
4.      Bila pada percobaan tak terdapat lateralisasi , maka untuk  menimbulkan lateralisasi  bauatan , tutuplah dengan kapas dan ulangilah pemeriksaanya
Dari data yang kami peroleh bahwa probandus Sulfisius Ricky dapat mendengar dengunag suara yang sama dinkedua telinganyanya, maka dikatakan tak terdapat lateralisasi.
III. SCHWARBACH TEST
1.      Getarkanlah penala ( frekuensi 128 ) dengan cara seperti di atas .
2.      Tekanlah gagang  penala yang bergetar itu pada processus mastoideus .
3.      Suruhlah orang percobaan mengacungkantangany pada saat dengungan suara menghilang .
4.      Pada saat itu dengan segera si pmeriksa memindahkn penala dari processus mastoideus orang percobaan ke processus mastoideusnya sendiri . Pada pemerikasaan  di anggap normal .
5.      Bila dengungan setelah dinyatakan  berhenti oleh orang lain percobaan masih dengar
6.      Pemeriksa , maka di sebut : SCHWABACH MEMENDEK .
7.      Bila si pemeriksa pada processus , ulanngi percobaan tersebut : Letakkan garpu tala yang sudah di getarkan pada processus mastoideus sendiri . Setelah pemeriksa tak mendengar lagi di pindahkan ke percessus mastoideus orang percobaan . Bila orang percobaan masih mendengar , maka di katakan : SCHWABACH MEMANJANG .
Dari data yang kami peroleh bahwa Pasien Sulfisius Ricky dan  pemeriksa NI Made Winda masih mendengar dengungan yang dinyatakan telah berhenti, maka di sebut SCHWABACH MEMENDEK.

IV.  CARA BING
1.      Getarkanlah penala  ( frekuensi 256 atau 512 ) dengan cara seperti  d atas .
2.      Tekanlah gagang penala yang bergetar pada Processues Mastoiden orang percobaan .
3.      Tanyakan telinga mana yang mendengar dengungan paling  keras .
4.      Tutuplah liang telinga yang lain deng an  jari .
5.      Tanyakanlah lagi telinga mana yang mendengar dengungan paling keras .
Dari data yang kami proleh probandus Ni Made Winda mendengarkan tapi hanya telinga kanan yang  mendengar paling keras.

DASAR – DASAR YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM PRAKTIKUM
1.       Bila pemeriksaan ini dilakukan pada orang – orang normal dan orang-orang yang terganggu pendengaranya, apakah kemungkinan – kemungkinan hasilnya ? Bagaimana kesimpulannya ? Mengapa saudara membuat keseimpulan itu ? Sebutkan jawaban Saudara untuk test : RINNE : WEBER : SCHWABACH
2.       Apa gangguan Air  Conduction dan Bone Conduction? Apa yang disebut Conduction Deafness dan Nerve Deafness?
3.       Apa saja kemungkinannya kalau didapatkan :
a.       Telinga kanan R ( + ) kiri R ( - )
b.      Telinga kanan dan kiri R ( + )
c.       Telinga kanan dan kiri R ( - )
d.      Lateralisasi ke kanan
e.      Telinga kanan schwabach memanjang
f.        Telinga kiri schwabach memendek

C.     PENCIUMAN

Data :
No
HariRotul Lutfiah
Dewi Suryaningsih
I
Cengkeh
Cengkeh
II
Kapur barus
Kapur barus
III
Kopi
Kopi
IV
Tehh
Tehh
V
Tembakau
Tembakau

Harirotul Lutfiah dan Dewi Suryaningsih dapat menjawab ssemua bau yang ada pada tabung I sampai tabung V.

D.    PENGECAPAN
Probandus Achmad Selamet Riyadi
No
Rasa
Letak
I
Tawar
netral
II
Manis
ujung
III
Asin
pangkal
IV
Asam
Pingggir / samping
V
Pahit
Pinggir / samping

E.     BERPUTAR.
Putaran I , menutup mata = terasa berputar-putar.
Putaran II, melihat Bulpoin = berlawanan arah.
Putaran III, melihat atap = searah.
Putaran IV, loncat = beralawanan arah.
Putaran V, lepas sepatu = berputar-putar.
Putaran VI, berdiri 1 menit = Bergoyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar